Jika penutupan perdagangan saham di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada 2015 dilakukan oleh Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, maka perdagangan
saham hari pertama 2016 dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Ini tampaknya sudah menjadi tradisi pasar saham kita.
Mengapa perdagangan saham di hari pertama setiap
tahun harus dibuka oleh Presiden? Entah apa alasan di balik tradisi tersebut.
Hal yang pasti, pada hari pertama perdagangan saham di BEI tahun ini, Senin
(4/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI ditutup turun 67,089 poin (1,46%)
menjadi 4.525,919 poin, dari 4.593,008 poin pada akhir perdagangan 2015, Rabu
(30/12).
Adakah penurunan harga saham pada hari pertama
transaksi 2016 merupakan pertanda buruk untuk sepanjang tahun ini? Tentu saja
tidak ada siapa pun yang tahu pasti hal tersebut. Kemerosotan IHSG juga tak
boleh ditimpakan kepada Orang Nomor #1 di Republik Indonesia yang telah membuka
perdagangan hari pertama tersebut. Sama tak bolehnya klaim yang menyebut “Faktor
Jokowi” jika kebetulan harga saham meningkat. Apalagi, penurunan harga saham
pada hari pertama perdagagan 2016 tidak hanya dialami oleh BEI, tetapi juga
menimpa sejumlah bursa saham di negara lain, termasuk di Amerika Serikat.
Akan tetapi menarik melihat kondisi hari pertama
transaksi di BEI pada periode 2007-2016. Pada periode tersebut, menurut data
StockWatch, hanya tiga kali terjadi penurunan IHSG pada hari pertama
perdagangan, yaitu 2 Januari 2008, 2 Januari 2012 dan 4 Januari 2016. Penurunan
IHSG hari pertama 2016 merupakan yang terbesar. Pada 2008 dan 2012, IHSG hari
pertama hanya turun masing-masing 14,318 poin (0,52%) dan 12,852 poin (0,34%).
Pada 2008, harga saham emiten BEI cenderung merosot
sepanjang tahun. Pada hari terakhir perdagangan, 30 Desember 2008, IHSG ditutup
di posisi 1.355,408 poin, merosot tajam 1.390,420 poin (50,64%) dibandingkan
2.745,826 poin per 28 Desember 2007. Adapun pada 2012, kendati ditutup turun di
hari pertama perdagangan, IHSG justru ditutup naik 494,695 poin (12,94%)
sepanjang 2012.
Pada 2013, kendati naik 29,788 poin (0,69%) pada
hari pertama perdagangan, IHSG akhirnya ditutup di posisi 4.274,177 poin pada
30 Desember 2013, turun 42,510 poin (0,98%). Hal serupa terjadi pada 2015. IHSH
naik 15,822 poin (0,30%) pada hari pertama perdagangan, tetapi turun 633,939
poin (12,13%) sepanjang 2015. Padahal, di tahun ini pula IHSH mencatat rekor tertinggi
dalam sejarah pasar modal kita, yaitu 5.523,290 poin pada 7 April 2015.
Lalu, apa arti penurunan IHSG 1,46% -- terbesar pada sejak 2007 – pada hari pertama perdagangan saham di BEI untuk tahun 2016? Semoga bukan berarti akan mengulang kejadian pada tahun 2008: IHSG anjlok 50,64%. (Baso Amir)