Kamis, 12 Mei 2011

Garuda Masih Didera Kerugian, Sahamnya Turun 28%

Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada 10 Mei 2010 ditutup pada Rp540 per saham. Itu berarti turun 28% dari harga perdana Rp750 per saham.

Emiten 2011 BEI yang harga sahamnya ditutup di bawah harga perdana bukan hanya Garuda. Hal serupa menimpa PT Megapolitan Developments Tbk sebesar 38%, dari Rp250 menjadi Rp155 per saham dan PT Martina Berto Tbk turun 21,61% menjadi Rp580 dari harga penawaran perdana Rp740 per saham.

Penurunan harga saham Garuda tak terlepas dari kinerjanya. Pada 2010, BUMN penerbangan yang sahamnya dicatatkan dan mulai diperdagangkan di BEI pada 11 Februari 2011 itu membukukan rugi usaha Rp67,16 miliar dari laba usaha Rp918,29 miliar pada 2009. Kendati demikian per Desember 2010 Garuda masih membukukan laba bersih Rp515,52 miliar, anjlok 49,68% dari Rp1,017 triliun per Desember 2009.

Akan tetapi harus diingat, seluruh laba bersih Garuda – mencapai Rp515,52 miliar pada 2010 atau Rp28 per saham – berasal dari kegiatan non-operasional seperti pendapatan lain-lain sebesar Rp126,118 miliar, bagian laba bersih perusahaan asosiasi, manfaat pajak dan laba dari pos luar biasa, dalam hal ini keuntungan dari restrukturisasi utang. Laba tersebut anjlok 49,48% dari tahun 2009 yang mencapai Rp1,019 triliun.

Pada 2010 Garuda membukukan pendapatan usaha Rp19,534 triliun, tumbuh 9,38% dari Rp17,860 triliun pada 2009. Akan tetapi beban usaha Garuda naik lebih pesat, yaitu 15,69%, dari Rp16,942 triliun menjadi Rp19,601 triliun.

Bagaimana 2011?

Kondisi kinerja keuangan Garuda pada 2010 seperti digambarkan di atas, diperkirakan masih akan terulang pada 2011. Tanda-tandanya sudah terlihat pada triwulan I 2011. Pendapatan usaha Garuda tumbuh 49,6% menjadi Rp5,189 triliun dari Rp3,467 triliun per Maret 2010.

Akan tetapi beban usaha Garuda juga naik 42,28% dari Rp3,829 triliun menjadi Rp5,448 triliun. Akibatnya, Garuda kembali membukukan kerugian usaha Rp258,73 miliar per Maret 2011. Ini sudah lebih rendah dari kerugian usaha per Maret 2010 yang mencapai Rp361,26 miliar.

Hanya saja, pada triwulan I 2010 Garuda masih memiliki sejumlah pendapatan non operasional untuk menutup kerugian tersebut. Itu sebabnya Garuda masih memperoleh laba bersih Rp18,021 miliar atau Rp0,92 per saham.

Akan tetapi pada triwulan I 2011, Garuda tidak lagi menikmati berbagai pendapatan non operasional tersebut. Akibatnya Garuda rugi Rp183,56 miliar atau minus Rp8,10 per saham. Jika tak mampu menaikkan pendapatan dan menekan beban usaha, kerugian Garuda bisa mencapai Rp700 miliar pada 2011. Ini tentu saja berita buruk bagi BUMN yang sedang berjuang keras meraih laba untuk menutup akumulasi kerugian yang masih mencapai Rp6,8 triliun pada Desember 2010 itu. (ba)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar