Selasa, 10 April 2001

Asumsi

“Asumsi adalah induk dari segala kegagalan,” ujar Tom Breaker – diperankan oleh Nick Mancuso – komandan tentara bayaran dalam film Under Siege 2 (Dark Territory). “Kembali ke sana, dan pastikan kamu melihat mayatnya,” perintahnya kepada anak buahnya, yang berasumsi bahwa Casey Rayback – diperankan oleh Steven Seagal – benar-benar sudah mati karena darahnya berceceran di lantai kereta.

Casey Ryback memang belum tewas, ia hanya terluka. Singkat cerita dia berhasil menggagalkan pembajakan sistem persenjataan satelit (Atac) AS yang dilakukan di atas kereta api yang sedang melaju ke Denver. Karena asumsi (yang keliru), seluruh rencana Tom Braker dan Travis Dane untuk memeras Pemerintah AS hancur berantakan, bahkan dia harus membayar dengan nyawanya.

Banyak keputusan dalam hidup kita sehari-hari didasarkan pada asumsi. Para pengamat ekonomi berasumsi, andai Presiden Abdurrahman Wahid akur dengan Amin Rais dan Akbar Tanjung, maka pemulihan perekonomian kita akan berjalan lebih cepat. Investor asing akan kembali masuk menanamkan modal di Indonesia, dengan asumsi keamanan mereka terjamin. Sri Mulyani berasumsi, seperti ditulisnya di Harian Kompas beberapa waktu yang lalu, rupiah dan harga saham tidak akan terpuruk lebih dalam (Sri Mulyani menyebutnya kita sudah berada di zona mendebarkan) kalau Pemerintah bisa memenuhi seluruh jadwal yang telah disepakati bersama IMF.

Karena sangat sibuk berasumsi, kita disilaukan oleh kenyataan. Kita tidak melihat kenyataan bahwa Gus Dur vs Amin Rais (plus Akbar Tanjung) memang tidak akan pernah rukun. Kita lupa bahwa rupiah dan harga saham terpuruk bukan karena semata-mata IMF menunda pencairan pinjamannya. Kita lupa bahwa ekonomi kita tetap berjalan sekalipun bank-bank tidak menyalurkan kredit. Lihatlah di pasar-pasar, jual-beli tetap berlangsung. Telkom, Indosat, Unilever dan banyak perusahaan publik lainnya sudah mencetak keuntungan. Mobil impor utuh masih laris bak kacang goreng. Kita tak mungkin lagi berharap semuanya tenang dan dapat diprediksi dulu baru bertindak, seperti yang diharapkan para pengamat ekonomi itu. Lupakanlah semua asumsi seperti itu, dan mulailah beraksi, sebab tempat yang nyaman seperti itu hanya ada dalam rahim ibu kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar