Rabu, 27 September 2006

Kiat EMP Bebas dari Jeratan Lumpur Lapindo

Lewat Kalila Energy Ltd dan Pan Asia Enterprise Ltd, PT Energi Mega Persada Tbk menguasai Lapindo Brantas Inc., yang kini sudah menenggelamkan beberapa desa di Kecamatan Porong, Sidoardjo, Jawa Timur.

Energi Mega Persada (EMP) tentu saja tidak ingin “tenggelam“ dalam lumpur panas itu bersama desa-desa tersebut. Untuk itu, EMP harus dipisahkan dari Lapindo, apalagi hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa semburan lumpur itu akan berhenti. Beberapa hari belakangan debit semburan malah makin besar.

Untuk memisahkan Energi Mega Persada dari lumpur Lapindo, maka Kalila Energy Ltd dan Pan Asia Enterprises Ltd dijual. Pada 19 September 2006, Energi Mega Persada (EMP) telah menandatangani perjanjian jual-beli dengan Lyte Ltd yang bermarkas di Jersey, Amerika Serikat. Perusahaan yang disebut terakhir ini sedang dalam proses berubah nama menjadi Bakrie Oil and Gas Ltd.

Lyte Ltd membeli Kalila Energy Ltd dan Pan Asia Enterprise Ktd masing-masing sebesar US$ 1 atau sekitar Rp 9.300. Jadi harga dua perusahaan pemilik Lapindo itu kurang lebih sama dengan harga sebungkus rokok kretek tangan.

Secara legal, karena tidak lagi menguasai Kalila dan Pan Asia yang merupakan pemegang saham Lapindo Brantas Inc, EMP tidak lagi memikul beban semburan lumpur tersebut. Sekarang beban itu harus dipikul oleh Lyte Ltd. Artinya, EMP akan terbebas dari gugatan jika, misalnya, masyarakat menggugat Lapindo.

Dalam konteks rekayasa keuangan, langkah EMP patut diacungi jempol. Namun, dari sisi tanggung jawab sosial perusahaan, penjualan dua anak perusahaan EMP ini menunjukkan bahwa Grup Bakrie memang lihai.

Pertanyaan sekarang, siapa yang akan menanggung kerugian yang disebabkan oleh semburan lumpur tersebut? Sebab, seperti dilaporkan oleh e-Bursa.com, Lyte Ltd yang didirikan pada 17 Januari 2006 itu hanya memiliki modal dasar 10 ribu Poundsterling. Kita tidak tahu berapa aset Lyte Ltd, tetapi dengan modal setor sebesar itu kita bisa mengatakan bahwa jumlahnya sangat jauh dari cukup untuk menanggung kerugian dari bencana lumpur tersebut. Akhirnya, memang hanya rakyat kecil yang menderita. (Baso Amir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar