Peristiwa datang silih berganti. Ada yang lewat begitu saja, tetapi ada pula yang mengusik pikiran. Artikel-artikel di sini adalah sikap saya terhadap berbagai peristiwa dan kejadian tersebut
Selasa, 20 Oktober 2009
Hari ke-1 dari 100 Hari Pertama SBY-Boediono
Hari ke-1, Selasa, 20 Oktober 2009. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014. Kendati dibumbui "keseleo lidah" oleh Ketua MPR Taufiq Kiemas, acara pelantikan di Gedung DPR/MPR berjalan lancar. Tetapi di luar gedung, di sejumlah ruas jalan di Jakarta, lalu-lintas macet karena polisi mengalihkan kendaraan yang menuju gedung DPR. Di beberapa kota, misalnya di Semarang dan Yogyakarta, pelantikan SBY-Boediono disambut dengan demonstrasi.
Menanggapi pelantikan itu beberapa pengamat mengemukakan, pelantikan SBY artifisial dan berjarak dengan rakyat. Pelantikan itu seharusnya menjadi milik rakyat dan dirayakan sebagai pesta rakyat. Tanggapan seperti dikemukakan oleh sutradara Garin Nugroho, pemain teater Aspar Paturusi dan ahli komunikasi politik Effendi Gazali. Mereka rupanya membandingkan itu dengan pelantikan Presiden AS, Barack Obama (apa iya memang harus dibandingkan?).
Menurut Effendi Gazali, yang menyaksikan langsung pelantikan Presiden Barack Obama, 20 Januari 2009, pelantikan Obama disambut harapan hampir seluruh dunia, sedangkan pelantikan Yudhoyono disambut campuran harapan dan unjuk rasa. ”Pelantikan Obama diramu sebagai gabungan nilai sejarah, seni pertunjukan kelas tinggi, dan pesta budaya yang melibatkan seluruh bangsa Amerika, bahkan dunia. Pelantikan Presiden Yudhoyono sangat formal, relatif hanya seremonial,” katanya kepada Kompas.
Sebenarnya pelantikan Obama juga artifisial, suatu yang dibuat-buat. Akan tetapi, harus diakui, kemasannya memang lebih bagus. Kita kesampingkan saja kemasan itu. Hal yang paling penting adalah apa yang akan dikerjakan oleh SBY-Boediono dalam 60 bulan ke depan.
SBY, pada pidato pelantikannya antara lain mengemukakan, "Saya bersama Wakil Presiden, telah menetapkan program 100 hari, program satu tahun, dan program lima tahun ke depan. Esensi dari program pemerintahan lima tahun mendatang adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi, dan penegakan keadilan. “Prosperity, Democracy and Justice.”
Peningkatan kesejahteraan rakyat, merupakan prioritas utama. Kita ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan keunggulan daya saing, pengelolaan sumber daya alam, dan peningkatan sumber daya manusia. Ekonomi kita harus tumbuh semakin tinggi. Namun, pertumbuhan ekonomi yang kita ciptakan adalah pertumbuhan yang inklusif, pertumbuhan yang berkeadilan, dan pertumbuhan disertai pemerataan.
Kita juga ingin membangun tatanan demokrasi yang bermartabat, yaitu demokrasi yang memberikan ruang kebebasan dan hak politik rakyat, tanpa meninggalkan stabilitas dan ketertiban politik. Kita juga ingin menciptakan keadilan yang lebih baik, ditandai dengan penghormatan terhadap praktek kehidupan yang non-diskriminatif, persamaan kesempatan, dengan tetap memelihara kesetiakawanan sosial dan perlindungan bagi yang lemah."
Saya sengaja memberi tanda italic pada alinea di atas. Sebab itu adalah janji SBY-Boediono kepada saya dan Anda semua sebagai rakyat Indonesia. Akan tetapi sebelum itu tercapai, tentu kita harus tahu apa program kerja SBY-Boediono untuk mensejahterakan rakyat Indonesia? Tanpa program, maka kita tidak tahu apakah sudah tercapai atau belum. Sayangnya, dalam pidato tersebut program 100 hari, tahunan dan lima tahunan belum dikemukakan. Mungkin karena pidatonya terlalu singkat.
Sumber Foto: Harian Kompas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar