Senin, 29 November 2010

Laba Bakrie Telecom Tumbuh 52%, Sahamnya Layak Koleksi?

PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) mencetak laba bersih Rp 148,597 miliar (Rp5,22 per saham) per September 2010. Ini meningkat 52,67% jika dibandingkan laba per September 2009 sebesar Rp 97,330 miliar (Rp3,42 miliar). Dengan pertumbuhan laba sebesar itu, apakah saham BTEL layak dibeli?

Per Jumat, 26 November, harga Bakrie Telecom ditutup pada Rp 245 per saham. Ini berarti pada periode 30 Desember 2009-26 November 2010 harga BTEL telah tumbuh 66,67%. Pada harga itu, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham atau PER (Price to Earning Ratio) BTEL telah mencapai 35,5 kali, jauh di atas rata-rata PER di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih 17,16 kali.

Iklan gencar plus inovasi produk dan layanan tampaknya belum mampu mendongkrak pendapatan BTEL secara signifikan. Per September 2010 BTEL membukukan pendapatan Rp 2,048 triliun, hanya tumbuh 1,7% dari pendapatan per September 2009 sebesar Rp 2,013 triliun. Ini jauh di bawah pertumbuhan pendapatan operator lain yang mencapai 31%.

Per September 2010 beban usaha Bakrie Telecom mencapai Rp1,857 triliun, naik 3,3% dari Rp1,798 triliun per September 2009. Akibatnya, laba usaha operator telepon seluler di bawah Grup Bakrie beraset Rp 12,311 triliun itu turun 11,5% menjadi Rp190,715 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp215,601 miliar.

Kinerja operasional BTEL pada periode sembilan bulan pertama 2009 sebenarnya lebih bagus dibandingkan periode yang sama 2010. Ini tergambar dari marjin laba usaha per September 2009 yang mencapai 10,7%, sementara per September 2010 turun menjadi 9,31%.

Seperti halnya laba bersih, laba sebelum pajak BTEL juga meningkat pesat, yaitu 51,2%, dari Rp 131,844 miliar menjadi Rp 199,366 miliar. Pertumbuhan tersebut dari penghasilan lain-lain, terutama dari selisih kurs dan penghasilan lain-lain. Per September 2009 BTEL menanggung beban lain-lain bersih Rp 83,758 milir, sementara per September 2010 meraih penghasilan lain-lain bersih Rp 8,651 miliar.

Kendati beban keuangan – antara lain beban bunga kredit bank dan obligasi – naik hamper 100%, manajemen BTEL dapat menutup kenaikan tersebut dari laba selisih kurs yang mencapai Rp 132,334 miliar per September 2010, meningkat 57% dari tahun sebelumnya. Selain itu beban tersebut juga ditutup dengan penghasilan lain-lain bersih yang mencapai Rp 176,869 miliar dari minus Rp 15,159 miliar tahun sebelumnya. Sumbernya, menurut catatan laporan keuangan BTEL, pengembalian kelebihan bayar biaya lisensi frekuensi radio ke BHP Frekuensi Perusahaan pada periode 2006-2010 yang mencapai Rp 200,916 miliar. (baso amir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar