Kamis, 25 Oktober 2012

Anomali BEI: Tanpa Penjualan dan Modal Minus, Harga KARW Naik 769%


Ini mungkin hanya ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bayangkan, emiten PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW) per Juni 2012 tak membukukan penjualan sepeser pun, tapi meraih laba sebesar Rp50,18 miliar (Rp85,46 per saham). Per Juni 2011 emiten yang  sebelumnya bernama PT Maharlika Indonesia Tbk ini rugi Rp12,19 miliar.

Seluruh laba KARW per Juni 2012 berasal dari pos pendapatan operasi lain. Jumlahnya, Rp55,18 miliar. Setelah dikurangi beban umum dan administrasi serta beban operasi lain, KARW mencatat laba usaha Rp50,41 miliar dari rugi usaha Rp4,19 miliar per Juni 2011.

Sebesar Rp43,49 miliar atau 78,8% pendapatan operasi lain KARW dari penjualan properti investasi. Selebihnya, seperti diuraikan dalam catatan laporan keuangannya, berasal dari penjualan aset tetap, pendapatan sewa dan laba selisih kurs.

Keunikan lain KARW, per Juni 2012 asetnya mencapai Rp46,042 miliar, meningkat 249,51% dari Rp13,173 miliar per Desember 2011. Seluruh aset tersebut bersumber dari utang yang turun menjadi Rp48,898 miliar per Juni 2012 dari Rp66,199 miliar per Desember 2011. Selain itu, KARW adalah perusahaan yang tidak lagi memiliki modal sendiri alias defisit. Hanya saja jumlahnya telah turun dari minus Rp53,026 miliar per Desember 2011 menjadi Rp2,856 miliar pada Juni 2012.

KARW adalah salah satu wujud anomali di BEI. Keunikan yang dipaparkan di atas belum seberapa dibandingkan kenyataan bahwa kendati defisit dan membukukan laba tanpa ada penjualan, harga saham KARW meningkat 768,97% (dengan huruf biar lebih jelas: tujuh ratus enam puluh delapan koma tujuh puluh sembilan persen) pada periode 30 Desember 2011-24 Oktober 2012, yaitu dari Rp145 menjadi Rp1.260 per saham. Pada periode itu nilai kapitalisasi pasar KARW juga ikut melambung tinggi, dari Rp85,137 miliar menjadi Rp739,812 miliar.

Harga KARW meningkat pesat setelah ICTSI Far East Pte. Ltd mengambil alih sebagian besar saham perusahaan yang awalnya bergerak di bidang garmen itu. Bisnis ini sudah ditinggal oleh KARW. Para pengelola perusahaan tersebut gagal mendapatkan order produksi garmen  yang memungkinkannya tetap bertahan di arena bisnis “tukang jahit” itu. KARW telah memecat sebagian besar karyawannya.

Entah apa yang telah dilakukan oleh pemilik baru KARW. Harga KARW  pada akhir Agustus 2012 ditutup pada Rp500 per saham, naik 244,8% dari harga awal Agustus 2011. Selama September 2012 dua kali perdagangan saham KARW dihentikan (suspen) oleh BEI. Pertama pada 4 September, ketika harga KARW melambung 217,9%, dari Rp195 (27 Agustus) menjadi Rp620 per saham pada 3 September. Tiga hari kemudian, 7 September, KARW kembali disuspen karena harganya mencapai Rp960, naik sekitar 55% dari harga sebelum suspen, Rp620 per saham.

BEI membuka suspen KARW pada 17 September. Setelah itu harga KARW terus meningkat hingga mencapai posisi tertinggi Rp2.250 per saham pada 25 September. Setelah itu harga KARW fluktuatif hingga ditutup pada Rp1.150 per saham pada 25 Oktober 2012, turun 8,7% dari harga penutupan Rabu, 24 Oktober 2012. (ba)

1 komentar:

  1. itu bukan anomali gan tapi itulah dunia finansial...akuisisi oleh ICTSI dan perubahan bidang usaha diharapkan atau diyakini akan cerah kdepannya inilah yg disebut future value...mungkin anda gak tau kalo di bursa australi atau inggris perusahaan yg baru berdiri tanpa pemasukan sama sekali bisa IPO asalkan ada aset yg nantinya akan menghasilkan contohnya VALLAR plc bisa listing sebelum mendapat BUMI tbk..

    BalasHapus