Ini mungkin hanya ada di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Bayangkan, emiten PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW) per
Juni 2012 tak membukukan penjualan sepeser pun, tapi meraih laba sebesar
Rp50,18 miliar (Rp85,46 per saham). Per Juni 2011 emiten yang sebelumnya bernama PT Maharlika Indonesia Tbk
ini rugi Rp12,19 miliar.
Seluruh laba KARW per Juni
2012 berasal dari pos pendapatan operasi lain. Jumlahnya, Rp55,18 miliar.
Setelah dikurangi beban umum dan administrasi serta beban operasi lain, KARW mencatat
laba usaha Rp50,41 miliar dari rugi usaha Rp4,19 miliar per Juni 2011.
Sebesar Rp43,49 miliar
atau 78,8% pendapatan operasi lain KARW dari penjualan properti investasi.
Selebihnya, seperti diuraikan dalam catatan laporan keuangannya, berasal dari penjualan
aset tetap, pendapatan sewa dan laba selisih kurs.
Keunikan lain KARW, per
Juni 2012 asetnya mencapai Rp46,042 miliar, meningkat 249,51% dari Rp13,173
miliar per Desember 2011. Seluruh aset tersebut bersumber dari utang yang turun
menjadi Rp48,898 miliar per Juni 2012 dari Rp66,199 miliar per Desember 2011. Selain
itu, KARW adalah perusahaan yang tidak lagi memiliki modal sendiri alias
defisit. Hanya saja jumlahnya telah turun dari minus Rp53,026 miliar per
Desember 2011 menjadi Rp2,856 miliar pada Juni 2012.
KARW adalah salah satu
wujud anomali di BEI. Keunikan yang dipaparkan di atas belum seberapa
dibandingkan kenyataan bahwa kendati defisit dan membukukan laba tanpa ada
penjualan, harga saham KARW meningkat 768,97% (dengan huruf biar lebih jelas:
tujuh ratus enam puluh delapan koma tujuh puluh sembilan persen) pada periode
30 Desember 2011-24 Oktober 2012, yaitu dari Rp145 menjadi Rp1.260 per saham.
Pada periode itu nilai kapitalisasi pasar KARW juga ikut melambung tinggi, dari
Rp85,137 miliar menjadi Rp739,812 miliar.
Harga KARW meningkat
pesat setelah ICTSI Far East Pte. Ltd mengambil alih sebagian besar saham perusahaan
yang awalnya bergerak di bidang garmen itu. Bisnis ini sudah ditinggal oleh
KARW. Para pengelola perusahaan tersebut gagal mendapatkan order produksi
garmen yang memungkinkannya tetap
bertahan di arena bisnis “tukang jahit” itu. KARW telah memecat sebagian besar
karyawannya.
Entah apa yang telah dilakukan
oleh pemilik baru KARW. Harga KARW pada
akhir Agustus 2012 ditutup pada Rp500 per saham, naik 244,8% dari harga awal
Agustus 2011. Selama September 2012 dua kali perdagangan saham KARW dihentikan
(suspen) oleh BEI. Pertama pada 4 September, ketika harga KARW melambung
217,9%, dari Rp195 (27 Agustus) menjadi Rp620 per saham pada 3 September. Tiga hari
kemudian, 7 September, KARW kembali disuspen karena harganya mencapai Rp960,
naik sekitar 55% dari harga sebelum suspen, Rp620 per saham.
BEI membuka suspen KARW
pada 17 September. Setelah itu harga KARW terus meningkat hingga mencapai posisi
tertinggi Rp2.250 per saham pada 25 September. Setelah itu harga KARW
fluktuatif hingga ditutup pada Rp1.150 per saham pada 25 Oktober 2012, turun
8,7% dari harga penutupan Rabu, 24 Oktober 2012. (ba)
itu bukan anomali gan tapi itulah dunia finansial...akuisisi oleh ICTSI dan perubahan bidang usaha diharapkan atau diyakini akan cerah kdepannya inilah yg disebut future value...mungkin anda gak tau kalo di bursa australi atau inggris perusahaan yg baru berdiri tanpa pemasukan sama sekali bisa IPO asalkan ada aset yg nantinya akan menghasilkan contohnya VALLAR plc bisa listing sebelum mendapat BUMI tbk..
BalasHapus